Apa yang Memicu Konflik Iran vs. Israel Baru-baru Ini? Mengurai Akar Eskalasi 2025
Apa yang Memicu Konflik Iran vs. Israel Baru-baru Ini? Mengurai Akar Eskalasi 2025
Konflik antara Iran dan Israel, yang telah lama berlangsung dalam bayang-bayang, kini meledak menjadi konfrontasi militer langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Juni 2025. Peristiwa ini bukan hanya sekadar reaksi spontan, melainkan puncak dari akumulasi ketegangan, insiden-insiden yang saling berbalasan, dan rivalitas ideologis serta strategis yang mendalam.
Untuk memahami apa yang memicu eskalasi terbaru ini, kita perlu melihat beberapa faktor pendorong utama:
1. Ambisi Nuklir Iran dan Kekhawatiran Eksistensial Israel
Ini adalah pemicu utama dan paling fundamental dalam perseteruan kedua negara. Israel secara konsisten memandang program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial terhadap keberadaannya. Meskipun Iran bersikeras programnya untuk tujuan damai, Israel dan sekutunya menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir, terutama dengan laporan bahwa Iran telah memperkaya uranium hingga tingkat yang sangat tinggi (60%).
Menurut sumber-sumber, serangan Israel pada 13 Juni 2025, yang melibatkan 200 jet tempur dan menargetkan fasilitas nuklir utama Iran di Natanz, Isfahan, dan Arak, serta membunuh ilmuwan dan komandan militer senior, adalah tindakan preventif. Israel percaya ini adalah "jendela kesempatan terakhir" untuk menghentikan Iran dari ambang batas senjata nuklir, setelah jalur diplomatik dianggap tidak efektif. Serangan terhadap fasilitas nuklir Arak, khususnya reaktor air beratnya, menunjukkan upaya Israel untuk melumpuhkan kemampuan Iran dalam memproduksi plutonium.
2. "Perang Bayangan" yang Berubah Menjadi Konfrontasi Langsung
Selama bertahun-tahun, Iran dan Israel terlibat dalam "perang bayangan" yang ditandai dengan serangan siber, sabotase fasilitas nuklir, pembunuhan ilmuwan dan pejabat militer, serta serangan tidak langsung melalui proksi.
- Serangan Israel di Suriah dan Lebanon: Israel secara rutin melancarkan serangan udara di Suriah dan Lebanon, menargetkan pengiriman senjata Iran ke kelompok-kelompok proksi seperti Hezbollah atau milisi lainnya. Serangan ini seringkali menimbulkan korban jiwa di pihak komandan Iran atau sekutunya.
- Serangan Balasan Iran (April dan Oktober 2024): Iran juga tidak tinggal diam. Serangan rudal dan drone langsung oleh Iran terhadap Israel pada April dan Oktober 2024, sebagai balasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah (April 2024), menunjukkan kesediaan Iran untuk merespons secara langsung. Meskipun Israel mengklaim serangan ini sebagai "pembalasan yang tidak sah", bagi Iran, ini adalah upaya untuk menegakkan deterensi dan menunjukkan kemampuannya.
Eskalasi pada Juni 2025 ini secara efektif adalah kelanjutan dan intensifikasi dari siklus pembalasan langsung yang dimulai pada April 2024, menandai pergeseran fundamental dari perang bayangan ke konfrontasi terbuka.
3. Pelemahan Jaringan Proksi Iran
Perang Israel di Gaza dan operasinya melawan Hezbollah di Lebanon telah menimbulkan kerugian signifikan pada jaringan proksi Iran. Israel melihat adanya "jendela strategis" untuk menyerang sumber ancaman (Iran) ketika proksi-proksinya sedang melemah. Serangan Israel juga mengindikasikan upaya Tel Aviv untuk mengubah keseimbangan kekuatan regional yang selama ini dipertahankan melalui kekuatan asimetris Iran. Iran mungkin merasa harus merespons secara langsung karena aset proksinya tidak lagi cukup untuk menghalangi Israel.
4. Faktor Domestik dan Lingkungan Geopolitik yang Berubah
- Situasi Domestik Israel: Setelah serangan 7 Oktober 2023 dan perang di Gaza, Israel berada di bawah tekanan besar untuk menunjukkan kekuatan dan memulihkan rasa aman bagi warganya. Serangan terhadap Iran bisa jadi juga bertujuan untuk menunjukkan determinasi dan kemampuan militernya.
- Perundingan Nuklir yang Kandas: Laporan menunjukkan bahwa serangan Israel pada 13 Juni 2025 terjadi di tengah negosiasi antara Iran dan AS untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi. Kegagalan diplomasi ini mungkin memberi Israel legitimasi untuk tindakan militer.
- Dukungan AS yang Berpotensi Berubah: Meskipun AS adalah sekutu utama Israel, ada indikasi bahwa Presiden AS Donald Trump (mengacu pada laporan yang mungkin terjadi di masa depan, sesuai dengan konteks Juni 2025) pernah menolak rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran. Namun, dukungan AS tetap krusial bagi Israel dalam operasi skala besar seperti ini.
Kesimpulan: Spiral Eskalasi yang Sulit Dihentikan
Pemicu konflik Iran-Israel terbaru adalah kombinasi kompleks dari ancaman nuklir Iran yang semakin mendekati ambang batas, siklus pembalasan atas serangan di wilayah lain, pelemahan jaringan proksi Iran, dan dinamika politik domestik. Ini adalah spiral eskalasi yang sangat sulit dihentikan, membawa kedua belah pihak ke dalam konfrontasi langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan konsekuensi yang berpotensi menghancurkan bagi seluruh kawasan dan juga berdampak global.
Komentar
Posting Komentar